Merupakan adukan semen (campuran semen, pasir, dan kapur). Pada pemugaran I Candi Borobudur tahun 1907 – 1911 oleh van Erp mengadopsi konsep pengendalian air pada konstruksi asli, yaitu mengalirkan air hujan pada permukaan bangunan. Oleh karena itu, pada bagian Kamadhatu (selasar dan undhag) sela-sela batu diisi dengan mortar agar air tidak masuk ke dalam susunan batu. Begitu pula bagian Arupadhatu (stupa dan lantai terasnya) juga dikendalikan airnya dengan cara menutup sela-sela batu dengan mortar.
Pada lantai teras terdapat penambahan satu lapis batu dengan ketebalan sekitar 5 cm diatas batu lantai asli. Satu lapis batu tipis ini direkatkan dengan mortar dan sela-sela batunya juga ditutup dengan mortar.Bagian Rupadhatu sedikit berbeda karena bagian ini tidak ditata ulang (tidak dibongkar total sebelum ditata). Untuk mengendalikan air, lantai diratakan dan ditutup dengan mortar. Bagian yang bergelombang diisi dengan tanah urug dan selanjutnya ditutup dengan satu lapis batu tipis (sekitar 5 cm) yang direkatkan dengan mortar dan sela-selanya juga ditutup dengan mortar.