Pengertian mandala sangat luas. Beberapa pengertian mandala menurut Zoetmulder, yaitu dalam bahasa Sansekerta dapat berarti anything round, disk, circle, globe, ring, circum, disrtict, teritory, provience, country, multitude, collection, wholebody. Dalam teks-teks Tibet, mandala diterjemahkan sebagai pusat atau apa yang mengelilingi.


Di China, mandala diterjemahkan sebagai mant’u-lo atau t’an yang berarti teras, panggung, dunia, arena atau yang diterjemahkan sebagai Tao tch’ang yang artinya sama dengan BodhimandalaMandala adalah pusat dunia, sebuah arca yang batas-batasnya telah ditentukan atau semacam pagar suci. Mandala adalah totalitas, suatu tanda kesempurnaan dan kemuliaan.

P.H. Pot melambangkan mandala sebagai konfigurasi kosmis yang terletak di pusat sebuah area, atau pengganti simbol dari dewa terkemuka yang dikelilingi oleh sejumlah dewa-dewa yang kedudukannya lebih rendah. Konfigurasi tersebut dipakai sebagai tujuan-tujuan meditasi dalam ritual dan dianggap sebagai wadah dewa-dewa.

Berkaitan dengan agama Buddha, mandala berkaitan dengan kosmogram yang dipakai dalam Buddha Tantris untuk tujuan-tujuan meditasi, visualisasi, atau inisiasi. Pada umumnya diwujudkan dalam gambar atau dilukis, tetapi bisa juga dibuat dalam bentuk tiga dimensi. Terdiri dari bentuk-bentuk simetris dan konsentris ditata persegi-persegi dan lingkaran yang disusun dengan posisi hirarkis dewa-dewa. Dewa utama menempati pusat mandala.


Pada dasarnya mandala bukan semata-mata dikenal oleh sekte Buddhisme Tantris saja, tetapi juga ada pada stupa-stupa Hinayana dan dalam sekolah-sekolah non Tantris Mahayana. Sebagai contoh, mandala dari sebuah stupa Hinayana Mahavamsa yang berhubungan dengan bagaimana Raja Duttagamani di Srilangka. Sebuah arca Buddha duduk di bawah pohon Bodhi dari emas, perak, dan batu-batu mulia, tujuh Buddha yang lain, lapisan Tujuh wilayah Sorga.

Sebagai bangunan tunggal, mandala Borobudur adalah merupakan perpaduan antara garbhadhatu mandala dan vajradhatu mandala yang bisa dilihat dari bentuk teras lingkar yang berada pada tingkat arupadhatu. Tiga teras melingkar tersebut tidak seutuhnya berbentuk lingkaran tetapi agak lonjong karena para pendiri candi mengambil konsep garbhadhatu mandala yang berbentuk persegi kemudian ditransformasikan ke dalam konsep vajradhatu mandala yang berbentuk lingkaran. Selain itu, keberadaan arca dhiyani Buddha dengan simbol sikap tangan (mudra) yang merupakan doktrin dari vajradhatu mandala yang biasa disebut karma mandala.


Sebagai pusat dari suatu mandala besar, Candi Borobudur merupakan super stuktur dari bangunan-bangunan yang ada di sekitarnya, baik itu bangunan yang berlatar belakang agama Buddha maupun bangunan yang berlatar belakang agama Hindu.

Walaupun bangunan-bangunan tersebut didirikan oleh dua raja yang berlatar belakang agama yang berbeda, tetapi kedua agama tersebut sama-sama mengenal adanya konsep mandala. Seperti pendapat Snodgrass yang mengatakan bahwa mandala adalah pusat sesuatu yang dikelilingi, maka jelas sekali terlihat kalau Candi Borobudur adalah pusat dari suatu mandala.

Berkaitan dengan usaha penataan ulang Borobudur menggunakan konsep mandala, hal itu tidak dapat dilakukan karena mandala sendiri adalah sesuatu yang sangat abstrak dan tidak mempunyai ukuran luas. Bagaimana sebuah konsep yang abstrak itu digunakan untuk membuat suatu mintakat (zona) yang mempunyai batasan, sedangkan mandala sendiri tidak terbatas.


Gambar di atas menunjukkan transformasi Mandala Candi Borobudur