Pada tahun 1885, Ir. Ijzerman yang merupakan ketua Archaelogische Vereeniging secara tidak sengaja menemukan kembali relief yang berada pada kaki candi yang telah tertutup oleh struktur batu selasar dan undag. Relief tersebut kemudian disebut dengan relief Karmawibhangga. Keletakan relief berada di sekeliling kaki candi dengan jumlah panil sebanyak 160 buah. Setelah itu, pada tahun 1890, kaki candi yang berhias relief tersebut didokumentasikan dengan pemotretan pada tiap panilnya.


Karmawibhangga adalah cerita pada relief tersembunyi di dinding kaki Candi Borobudur yang menggambarkan sebab akibat dari perbuatan baik dan buruk. Jadi, setiap perbuatan manusia yang jahat atau tidak baik akan mendapat pembalasan berupa siksaan di neraka, dan bagi manusia yang berbuat baik semasa hidupnya akan mendapat ganjaran di surga. Mengenai penyebab ditutupnya relief Karmawihangga oleh pendukung kebudayaan Candi Borobudur, masih menjadi hal yang diperdebatkan oleh para ahli. Ada yang berpendapat bahwa relief ini terkesan vulgar dan sadis sehingga tidak layak disaksikan. Ahli yang lain menyatakan bahwa penutupan relief dikarenakan alasan teknis struktur candi. Hal ini dipahami karena dimungkinkan bagian kaki candi runtuh/melesak karena kelebihan beban, sehingga struktur kakinya harus diperkuat dengan penambahan selasar dan undag.


Dari posisinya yang berada pada kaki candi, relief Karmawibhangga dipahatkan berdasarkan kitab Mahakarmawibhangga. Kitab ini berisi tentang hubungan sebab akibat di dalam kehidupan manusia baik di dunia dan di akhirat. Setiap panil pada relief Karmawibhangga selalu merupakan lukisan dari hal tersebut. Bagian panil sebelah kanan merupakan sebab dan bagian kirinya adalah akibatnya. Hal tersebut dapat diketahui secara pasti dikarenakan adanya inskripsi pendek berbahasa Sanskerta yang merupakan panduan bagi pemahat untuk memahat relief pada bidang kaki candi. Sedangkan inskripsi pendek yang dijumpai pada sebagian panil relief Karmawibhangga, dapat menjadi petunjuk yang jelas bahwa penutupannya dikarenakan alasan teknis.


Bernet Kempers (1976) berpendapat bahwa relief Karmawibhangga adalah gambaran yang sebenarnya dari kehidupan sehari – hari masyarakat Jawa Kuna khususnya pada abad VIII – IX. Adegan pada panil relief tersebut menyimpan banyak informasi. Informasi tersebut di antaranya mengenai flora dan fauna, lingkungan alam, bentuk pakaian dan status sosial, alat musik, alat upacara, alat transportasi, arsitektur bangunan, peranan wanita, senjata, payung. Kesemua informasi tersebut mengarahkan kita pada teknologi dan kearifan budaya masyarakat Jawa Kuna terhadap lingkungan.