Pada candi-candi era Mataram Kuna Periode Jawa Tengah hingga Majapahit, kala-makara merupakan elemen arsitektural yang banyak dijumpai. Secara teknis, balok batu yang berpahatan kala-makara merupakan elemen penting dari sebuah percandian. Hal ini karena kala-makara biasanya dipahatkan pada bagian gapura, pintu masuk, maupun relung arca.


Secara konseptual kala adalah perwujudan dari raksasa dengan wajah seram, mata melotot, gigi bertaring, dan rambut yang digambarkan sebagai api. Berdasarkan mitologinya, kala adalah penguasan dunia atas yang berfungsi sebagai penolak bala terhadap niat-niat buruk yang merusak. Kala juga melambangkan waktu, maut, dan hitam. Pada struktur candi, kala biasanya diletakkan pada bagian atas pintu masuk atau ambang atas tangga candi.


Kala dapat digambarkan dengan rahang bawah atau tanpa rahang bawah dengan ukiran tangan seperti akan menerkam. Kala pada doorpel (ambang atas pintu tangga) pada Candi Borobudur digambarkan tanpa rahang bawah. Selain pada ambang atas pintu tangga candi, kala pada Candi Borobudur juga digunakan sebagai jaladwara (saluran air) dan terdapat pada ambang atas tangga candi.

Gambar Kala pada gapura Candi Borobudur