BUDDHA TANTRAYANA
Tantrayana secara khusus merupakan kumpulan ajaran esoterik yang berkaitan dengan penyampaikan mantra, hal-hal magis, mandala, serta simbol-simbol yang mempengaruhi kehidupan. Istilah lain yang disejajarkan dengan tantrayana adalah Vajrayana, Mantrayana, Mantrayana, atau Sahajayana. Tantrayana dalam bahasa Barat juga disebut sebagai Tantrisme.
Aliran Tantrayana merupakan penafsiran ketiga dan terakhir terhadap filosofis Buddha setelah Mahayana dan Hinayana. Pembentukan Tantra dalam agama Buddha sudah berjalan dalam waktu yang lama antara lain dalam hal pemakaian mantra-mantra. Pada masa yang lebih awal, aliran pertama yang muncul sekitar 300 tahun setalah Sidharta Gautama wafat seperti Vatsiputriya dan Dharmagupta telah mempunyai koleksi mantra yang disebut dengan paritta.
Pada masa perkembangan Hindhu Buddha di nusantara aliran Tantrayana juga berkembang pada masa Kerajaan Mataram Kuna Periode Jawa Tengah yang diindikasikan dengan adanya tempat pemujaan terhadap Dewai Tara di Candi Kalasan, adanya Tathagata di Candi Borobudur dan Candi Ngawen, serta analisa terhadap mandala Candi Borobudur. Pada masa setelahnya, perkembangan tantrayana dapat dibuktikan oleh kitab Sang Hyang Kamahayanikan pada saat Dinasti Isyana berkuasa. Kitab tersebut banyak membahas mengenai praktek-praktek Tantrayana.
Pada masa Singhasari dan Majapahit pengaruh Tantrayana dapat dibuktikan pada arca-arca yang ditinggalkan serta penegasan dalam naskah Negarakertagama yang menyatakan bahwa penganut Buddha saat itu adalah alira Bajradara.