ASAP CAIR
merupakan asam cuka (veenegar) yang diperoleh melalui proses pirolisis bahan yang mengandung selulosa, hemiselulosa, dan lignin pada suhu 4000C selama 90 menit, kemudian diikuti proses kondensasi dalam kondensor pendingin. Asap cair tempurung kelapa memiliki kandungan senyawa fenol 4,13%, asam 10,2%, dan karbonil 11,3%. Kandungan tersebut diketahui dapat berfungsi sebagai bahan antimikroorganisme dan antirayap.
Asap cair merupakan bahan kimia hasil destilasi asap hasil pembakaran yang mampu menjadi desinfektan sehingga bahan makanan dapat bertahan lama tanpa membahayakan konsumen. Pemanfaatan limbah kayu sebagai asap cair telah mendapat perhatian belakangan ini. Pada umumnya diperoleh secara pirolisis. Pada proses pirolisis terjadi dekomposisi dari senyawa selulosa, hemi selulosa dan lignin.
Asap cair mengandung beberapa zat antimikroba, antara lain:
1. Asam dan turunannya: format, asetat, butirat, propionate, metal ester
2. Alkohol: metil, etil, propil, alkil, dan isobutyl alcohol
3. Aldehid: formaldehid, asetaldehid, furfural, dan metil furfural
4. Hidrokarbon: silene, kumene, dan sumene
5. Keton: aseton, metil etil keton, metil propil keton, dan etil propil keton
6. Fenol
7. Piridin dan metil piridin
Mutu dan kualitas asap yang dihasilkan tergantung dari jenis kayu, kadar air, dan suhu pembakaran yang digunakan dalam proses pengasapan. Untuk mendapatkan mutu dan volume asap sesuai yang diharapkan digunakan jenis kayu keras (non-resinous) seperti tempurung kelapa. Bila menggunakan kayu yang lunak (resinous), asap yang dihasilkan banyak mengandung senyawa dan bau yang tidak diharapkan. Oleh karena itu, asap cair kemungkinan dapat dimanfaatkan untuk konservasi cagar budaya berbahan kayu dengan adanya kandungan di atas.