AGAMA BUDDHA
Merupakan ajaran yang disebarkan oleh Sidharta Gautama pada abad VI SM. Sidharta Gautama dilahirkan di sebuah wilayah bernama Lumbini yang saat ini menempati lokasi administratif negara Nepal. Sidharta Gautama mencapai pencerahan setelah bermeditasi di bawah pohon Bodhi pada usia 35 tahun. Setelah itu, selama 45 tahun Sidharta Gautama menyebarkan ajarannya di sekitar lembah Sungai Gangga di India. Sri Bhagawa (Buddha) menyampaikan khotbahnya untuk pertama kali di taman rusa Benares. Penyebaran ajaran Buddha mengamali perkembangan pesat setelah Maharaja Asoka dari Maurya (273-232 SM) mengalahkan kerajaan Kalingga di India. Setelah penaklukan tersebut, Asoka gencar menyebarkan ajaran Buddha hingga ke Laut Tengah. Ajaran Buddha masuk ke Asia untuk pertama kali di wilayah sekitar Myanmar pada tahun 200 SM yang di bawa oleh Maharaja Asoka.
Candi Borobudur merupakan salah satu Candi yang menggunakan konsep filosofis Mahayana. Buddha Mahayana merupakan salah satu aliran utama agama Buddha. Istilah Mahayana dan Hinayana muncul pertama kali pada sekitar abad I SM hingga I M, kedua istilah Mahayana dan Hinayana muncul di Sutra Saddharma Pundarika atau Sutra Teratai Ajaran Kebajikan. Mahayanan dalam bahasa Sanskerta berarti “kendaraan besar”. Filosofi Mahayana disebarkan dari India ke Asia Tenggara, Asia Tengah, Tiongkok, hingga Jepang pada sekitar abad VI M.
Filosofis Buddha Mahayana terdiri dari dua aliran yang terkemuka yaitu Madhyamika yang didiran oleh Nagarjuna sekitar abad II M dan Yogacarya (Vijnanawada), yang didirikan oleh Asangga dan Vasubandhu pada sekitar abad IV M. Madhyamika tumbuh secara logis dari Agama Buddha awal dengan tiga doktrinya, jalan tengah, tiadanya ego permanen, dan elemen-elemen (dharma-dharma) yang bersifat sementara serta mengalami kematian, tetapi Madhyamika mengembangkan ajaran itu sampai pada pendapat bukan hanya individu, melainkan juga elemen-elemen dianggap tidak nyata. Nagarjuna menjelaskan realitas tertinggi sebagai sunyata atau kosong, alirannya disebut Madhyamikia karena mengerjakan jalan tengah dimana eksistensi dan non eksistensi hanya memiliki kebenaran relatif, sedangkan kebijaksanaan sejati adalah pengetahuan tentang makna kekosongan yang nyata. Mengenai kekosongan yang sejati tergantung pada pengertian dari bentuk Agama Buddha ini, tetapi ajaran ini sering dipengerti secara salah. Kekosongan adalah kekosongan semata-mata dalam pengertian bahwa ia bebas dari batasan-batasan pengetahuan yang relatif pencerahan saja yang dapat menjelaskan apakah kekosongan itu sebenarnya.
Aliran Yogacarya, yang didirikan oleh dua cendekiawan besar Mahayana dalam banyak hal memiliki persamaan dengan aliran Madhyamika. Semua fenomena berasal dari pikiran dan tidak ada suatu apapun yang eksis selain pikiran. Sebagaimana yang dilakukan oleh kaum Hinayana, Vijnanamatra berlanjut dengan pembagian analitis terhadap Pancaskandha dan elemen-elemen. Hasilnya berbeda dengan Hinayana dalam hal menegaskan bahwa bukan hanya objek-objek yang menglami perubahan, substansi-substansi juga tidak kekal menurut sistem pemikiran ini, spirit dan materi adalah satu dan semua objek eksternal adalah hasil dari satu pikiran aliran Mahayana. Tuhan dipahami dalam cara yang tidak jauh berbeda dengan agama-agama lain. Dalam aliran ini Tuhan dikenal melalui ajaran Trikaya dan AdhiBuddha
Ajaran Trikaya dikemukakan pertama kali oleh Asfagosha pada abad pertama Masehi untuk menerangkan Hirarki Para Buddha dengan Bodhisattwa. Trikaya timbul sebagai akibat dari adanya perbedaan pandangan terhadap Buddha dan manifestasinya dalam beberapa aliran agama Buddha yang mula-mula seperti Stafirafada, Mahasanghika dan Sarfastifada.
Selain Mahayana, filosofis Hinayana juga banyak dianut pada awal Masehi. Golongan ini dipimpin oleh Sthavira yang banyak dianggap sebagai madzhab Hinayana (kendaraan kecil) yang mempertahankan konsep kelepasan dari kebudayaan luar. Filosofis Hinayana adalah mencapai cita-cita tertinggi yaitu sebagai seorang arahat. Hal ini berlainan dengan cita-cita tertinggi pada filosofis Mahayana yaitu menjadi Bodhistwa.
Secara filosofis konsep ajaran Buddhisme Hinayana sesuai dengan keaslian ajaran Buddha. Hal ini karena secara filosofis Hinayana tidak mengenal adanya dewa-dewa penyelamat manusia. Dengan demikian, maka dalam Hinayana tidak terdapat upacara-upacara keagamaan dan pemujaan terhadap yang maha suci.
Berbeda dengan aliran Hinayana, Mahayana mengenal banyak politeisme dengan banyak dewa-dewa, sepertihalnya dalam agma Hindhu. Filosofis Mahayana mengenal faham trimurti Buddhisme yaitu kepercayaan terhadap adanya tokoh-tokoh kedewaan yang terdiri dari Dhyani Buddha, Manusia Buddha dan Dhyani Bodhisatwa yang kesemuannya merupakan pancaran energi yang bersumber pada Adi Buddha yang bersemayam di surga. Selain itu, Mahayana juga mempercayai adanya dewa-dewa lokapala yaitu dewa-dewa yang menjaga dunia diarah penjuru angin. Pada konsep Mahayana para dewa juga dipercaya mempunyai pendamping (Sakti). Dalam hal ritual keagamaan konsep Mahayana juga mengenal bentuk pemujaan kepada Buddha serta memberikan persembahan kepadanya.
Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa Candi Borobudur dengan arca Dhyni Buddha pada relung dan stupa teras, arca Dhyani Boddhisatwa Candi Mendut, dan pahatan relief Dhyani Bodhisatwa pada ambang pintu Candi Pawon menunjukkan bahwa ketiga Candi tersebut mempunyai filosofis Buddha Mahayana.